News & Research

Reader

Garuda (GIAA) Tekan Kerugian dan Raup Pendapatan Rp 11,5 Triliun
Wednesday, May 01, 2024       09:29 WIB

JAKARTA, investor.id - PT Garuda Indonesia Tbk () terus menunjukkan perbaikan kinerja setelah memulai proses restrukturisasi utang sejak 2022. Maskapai pelat merah ini mencatatkan peningkatan pendapatan usaha sebesar 18,07% pada tiga bulan pertama 2024 menjadi US$ 711,98 juta atau setara Rp 11,58 triliun dibanding periode sama tahun lalu US$ 602,99 juta.
Manajemen Garuda Indonesia dalam laporan keuangan yang dipublikasi, Selasa malam (30/4/2024), mengungkapkan bahwa kenaikan pendapatan terjadi di semua lini bisnis perseroan. Dengan kontribusi terbesar dari penerbangan berjadwal yang mencapai US$ 599,01 juta atau 84,13% dari total pendapatan . Pendapatan dari segmen tersebut tumbuh 18,19% dibanding kuartal I-2023.
Dari bisnis penerbangan tidak berjadwal atau charter , Garuda Indonesia mampu mengantongi pendapatan US$ 19,68 juta pada kuartal satu tahun ini. Angka itu tumbuh 53,57% dibanding periode sama 2023 yang sebesar US$ 12,81 juta.
Sisa pendapatan yang sebesar US$ 93,28 juta disumbang dari bisnis Garuda Indonesia lainnya seperti pemeliharaan dan perbaikan pesawat, biro perjalanan, pelayanan terkait penerbangan, jasa boga, fasilitas, hotel, transportas, dan lain-lain. Segmen ini mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan 11,92% dari kuartal I-2023 yang sebesar US$ 83,35 juta.
Kenaikan pendapatan emiten berkode saham tersebut pada kuartal I-2024 dibarengi beban operasional penerbangan yang meningkat 7,19% menjadi US$ 371,07 juta dari sebelumnya US$ 346,18 juta. Pos beban lainnya juga turut membengkak seperti beban pemeliharaan dan perbaikan, beban umum dan administrasi, beban bandara, beban tiket, penjualan, dan promosi, serta beban pelayanan penumpang.
Di tengah kenaikan beban tersebut, mendapat keuntungan selisih kurs hingga US$ 7,84 juta dibanding sebelumnya yang justru rugi US$ 19,74 juta. juga memperoleh bagian atas hasil bersih entitas asosiasi yang mencapai US$ 841,88 ribu atau lebih tinggi dari kuartal satu tahun lalu US$ 575,42 juta.
Beban lain-lain bersih juga berkurang tajam dari US$ 1,51 juta menjadi US$ 314,5 ribu, yang membuat rugi sebelum pajak perseroan berkurang menjadi US$ 100,76 juta dari sebelumnya US$ 131,43 juta. Hal itu berimbas pada perolehan rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk susut hingga 20,97% menjadi US$ 87,04 juta atau setara Rp 1,41 triliun dari sebelumnya rugi US$ 110,14 juta.
Pada 2023, terus membukukan pertumbuhan atas fundamental bisnis, di mana tercermin dari peningkatan pendapatan usaha sekitar 40% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini didukung oleh keberhasilan perseroan dalam melakukan merestrukturisasi utangnya yang dituangkan dalam keputusan Homologasi tertanggal 27 Juni 2022 dan memperoleh pendanaan sejumlah Rp 7,5 triliun dan Rp 725 miliar yang berasal dari Penyertaan Modal Pemerintah Republik Indonesia (PMN) dan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA).
Keberhasilan restrukturisasi utang dan pendanaan tambahan dari PMN dan PPA, memberikan dampak positif kepada , baik terhadap kinerja keuangan dan operasi. Namun, pada 31 Maret 2024, perseroan masih mempunyai jumlah liabilitas jangka pendek melebihi aset lancarnya sebesar US$ 715 juta dan ekuitas negatif sebesar US$ 1,37 miliar. Hal-hal tersebut mengindikasikan adanya unsur ketidakpastian yang material yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.

Sumber : investor.id

powered by: IPOTNEWS.COM